Kampung
Cisawah
Cisawah
!!! ketika kita mendengar kata itu saja mungkin kita sudah membayangkan suatu
daerah dengan dikelilingi areal pesawahaan yang luas dan asri. Memang tidak
salah, tapi Cisawah tidak hanya bisa
dibayangkan saja, Cisawah lebih dari itu. Cisawah bukan hanya sekedar
perkampungan biasa. Cisawah bisa dikatakan sebagai surga tersembunyi dengan
keramahan para penghuninya yang siap menyambut siapa saja yang hendak
berkunjung dengan disuguhi hal-hal unik dari setiap individunya.
Terletak diantara banyak pegunungan,
tak ayal jika Cisawah menyuguhkan kelokan khas dan jurang serta tebing yang
tinggi. Dikelilingi pesawahan berbentuk terasering dengan masih diselimuti
kesejukan alamnya menjadikan Cisawah sebagai destinasi baru yang harus
dikunjungi. Pesawahan berbentuk terasering dan pemandangan perumahan warga
dibagian bawah tebing dengan view bangunan semi modern, apalagi ketika malam
tiba, sudah dapat dipastikan keindahan yang disaksikan tidak akan membuat kita
menyesal telah mengunjungi Cisawah.
Kolecer |
Ya... banyak yang bertanya-tanya
tentang Cisawah, Cisawah merupakan sebuah dusun di desa Jatisari, kecamatan
Subang Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Dusun ini terletak diantara Dusun Cibahu
disebelah selatan, desa Legok Herang di sebelah timur, desa Mandapa Jaya di
sebelah Utara dan kampung Dayasari disebelah Barat. Kampung Cisawah sendiri
dipimpin oleh seorang kepala dusun dibantu 1 orang kepala rukun warga (RW) dan
4 rukun tetangga (RT). Dengan jumlah penghuni kurang dari 150 kepala keluarga yang
terbagi kedalam beberapa sub dusun seperti Cinisti, Bobojong, Girang, Ciloa,
dan Pasir Albi sehingga dirasa dusun ini sangat ideal untuk dihuni.
Ada beberapa catataan unik mengenai
kehidupan masyarakat lokal disini, diantaranya :
1. Bertani sebagai sampingan
Ya memang sedikit aneh ketika mendengar kata
tersebut, tapi itu memang terjadi. Bertani hanya dijadikan sebagai pemenuh
kebutuhan pangan, sedangakan untuk kebutuhan lainnya seberti pakaian, biaya
sekolah anak dan biaya lainnya sebagian besar masyarakat menggantungkan diri
dengan cara pergi merantau ke kota. Ada diantara mereka yang menjadi pedagang
Roti, kuli bangunan, Asisten rumah tangga, bahkan jadi pengajar seperti dosen,
guru, pegawai dinas, dan pekerja kantoran. Ketika para suami pergi merantau ke
kota, para istri mengerjakan tugas bertani dan beternak sapi dan sebagian
beternak kambing, sehingga tingkat pendapatan keluarga disini dapat dibilang
mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
2. Hobi tak kenal usia
Ini salah satu keunikan masyarakat pedesaan termasuk
masyarakat kampung Cisawah, disini tidak kenal orang tua maupun anak-anak. Disini
semuanya berbaur melakukan aktivitas bersama seperti bermain kolecer (kincir
angin), olahraga, beribadah, dan menikmati hiburan yang ada.
3. Tradisi Hajatan
Satu hal yang masih dijaga adalah tradisi hajatan
khas sunda dengan ke khas-an nya yaitu tradisi nyambungan (kondangan) dengan
membawa berbagai jenis pangan seperti kol, beras, bihun, bakmie, mie, minuman,
kerupuk, pisang, dan lain-lain. Sehingga jika telah selesai hajatan, yang
paling pusing disini adalah cara menghabiskan makanan tersebut ... :-D :-D :D dengan masih menjunjung tinggi kebiasaan tersebut,
maka gotong royong juga masih terjaga, seperti
dalam mengurus persiapan hajatan sampai proses selesai semua dilakukan
bersama.
4. Kebersamaan / Gotong Royong
Ciri paling menonjol dari masyarakat sunda adalah
kebersamaannya yang tinggi, tidak ada aturan adat atau aturan tertulis yang
mengatur itu semua, tapi setiap warga seakan paham dengan apa yang harus mereka
lakukan ketika ada tetangga atau saudara yang sedang membutuhkan bantuan. Ibarat
mempunyai moto sendiri bahwa disini hidup saling berdampingan dan saling
rangkul satu sama lain.
5. Berprestasi
Tidak ada yang boleh meragukan prestasi dari warga
disini, baik itu sekala desa, kecamatan, kabupaten, maupun tingkat provinsi. Banyak
prestasi yang telah ditorehkan seperti dalam cabang olahraga volley ball putera
puteri kategori umum dan dari ibu-ibu pengajiannya yang terus membanggakan
dengan prestasinya terutama dibidang Qasidah / Marawis yang sudah dikenal di
wilayah Kabuupaten Kuningan Jawa Barat.
6. Banyak Sektor Belum Dikelola
Sektor pertanian yang sudah sangat dimaksimalkan
dengan baik, tidak dibarengi dengan tingkat produktivitas warganya dalam segi
hasil panen komoditas selain padi. Masih banyak diantara warganya masih membeli
komoditi dari luar dusun seperti Cabai, Bawang, sayuran, dan lain-lain. Hal tersebut
tentunya sangat diluar espektasi mengingat area pertanian yang luas namun masih
belum tersentuh sepenuhnya.
Begitu
juga dari sektor peternakan, banyak sekali kompos dari sisa kotoran ternak
seperti sapi, kambing dan ayam yang belum dimanfaatkan dengan baik. Masih banyak
diantara para petani lebih memilih pupuk anorganik seperti Urea dari pabrik.
Mungkin
itu sekilas pandangan saya mengenai kampung tercinta ini, saya harap semua
sektor dengan semua keunggulannya dapat dimanfaatkan dengan baik demi
meningkatkan taraf perekonomian dan tingkat kepuasan akan pelayanan terhadap
warga semakin baik.
Comments
Post a Comment